Setonggok
batu yang tersisa di tengah jalan pantai Watu Dodol (banyuwangi)
Watu Dodol merupakan salah satu
tempat wisata pantai yang ada di Kabupaten Banyuwangi, berada tepat pada jalur
utama Situbondo-Banyuwangi, tempat wisata ini sangat mudah untuk diakses oleh
masyarakat.
Menurut legenda masyarakat
Banyuwangi, pada jaman penjajahan Belanda dahulu Residen Schophoff membuat
jalan yang akan menuju Panarukan dari Banyuwangi, namun jalan itu terkendala
oleh adanya bukit. Tumenggung Wiroguno I yang pada masa itu memerintah di Banyuwangi
mengadakan sayembara kepada masyarakat siapa saja yang bisa membuat jalan
tembus melewati bukit akan diberi hadiah berupa tanah dari bukit batu itu ke
selatan sampai daerah Sukowidi.
Hari demi hari, bulan demi bulan
berlalu begitu saja, sayembara dari Tumenggung Wiroguno I tidak ada yang bisa
menyanggupi tantangan tersebut. Sampai pada suatu ketika sang Tumenggung ingat
akan penasehatnya dulu yang bernama Ki Buyut Jaksa.
Ki Buyut Jaksa adalah seorang sakti
bekas penasehat Tumenggung Wiroguno I yang menyendiri di pinggiran bukit
Boyolangu. Di pengasingan Ki Buyut Jaksa mengangkat anak bernama Nur Iman. Nur
Iman adalah anak dari Lemani yang menemani Ki Buyut Jaksa di pengasingan.
Singkat cerita Tumenggung Wiroguno I
berhasil membujuk Ki Buyut Jaksa untuk membantu membuat jalan melewati bukit
batu. Ki Buyut Jaksa dengan bantuan Jin beserta anak buahnya dan dipimpin oleh
anak angkatnya Nur Iman berhasil membuat jalan melalui bukit batu tersebut.
Bantuan dari bangsa Jin ini tentunya tidak gratis, ada tiga syarat yang harus
dipenuhi, yaitu:
1. Jangan
mendodol batu diluar batas yang diberi tanda oleh bangsa Jin.
2. Sisakan
seonggok batu untuk duduk di pinggir pantai.
3. Minimal
setahun sekali, Ki Buyut Jaksa dan anak cucunya harus menyambangi tempat ini.
Oleh karena itu tempat wisata
tersebut diberi nama Watu Dodol, “Dodol” adalah bahasa Jawa yang artinya dalam
bahasa Indonesia “bongkar”, sedangkan “Watu” artinya “Batu”.
Setiap tanggal 10 Syawal masyarakat
Boyolangu selalu berbondong-bondong pergi ke Watu Dodol menggunakan dokar –
Kereta yang ditarik oleh kuda. Peristiwa tahunan ini disebut tradisi “Puter
Kayun”.
Terlepas dari legenda yang ada,
pantai Watu Dodol layak dijadikan alternatif bagi masyarakat yang ingin
berwisata di Banyuwangi. Berjarak tempuh kira-kira 30 menit dari pusat kota
Banyuwangi, tempat ini sangat mudah dijangkau.
Di pinggir pantai berderet
warung-warung yang menjajakan makanan khas pantai, ikan bakar dan es degan
disamping masih banyak jenis makanan minuman lainnya yang dijajakan di tempat
ini.
Menikmati
hidangan (dokumen pribadi)
Di kejauhan terlihat samar-samar
lalu lalang kapal feri yang mengangkut kendaraan dan penumpang yang hendak
bepergian ke Bali atau pulau Jawa. Selain itu kapal-kapal barang berukuran
relatif besar juga bisa dilihat karena pantai ini bersebelahan dengan pelabuhan
Tanjung Wangi.
Deretan gunung di Pulau Dewata juga
dengan jelas terlihat, sekilas jarak antara pantai dengan gunung tersebut
sangat dekat. Pada bulan Agustus seperti ini ombak di pantai tersebut sangat
besar sehingga tidak aman bagi wisatawan yang akan berenang atau sekedar main
air dipinggir pantai. Keganasan ombak bisa kita nikmati dari pinggir warung
yang ada di tepian pantai sambil menikmati makanan dan minuman. Gradasi warna
laut juga menarik untuk dinikmati oleh mata sambil merasakan hembusan angin
yang seolah tidak kenal lelah berhembus menghampiri setiap pengunjung yang
berada di sana.

0 komentar:
Posting Komentar